Bagaimana membangun keluarga yang bahagia merupakan pertanyaan yang sering diajukan oleh banyak orang. Seringkali banyak orang berpikir bahwa keluarga yang bahagia dilihat dari kemapanan finasial. Jika seseorang sudah memiliki kekayaan, maka keluarga itu bahagia. Itu tidak menjamin. Ada banyak orang yang hidupnya mapan, berkelimpahan, tetapi pernikahannya tidak bahagia. Bahkan anak-anaknya semuanya bermasalah.
Ada banyak penyebab ketidak harmonisan dalam keluarga, diantaranya adalah:
1. Konflik yang berkepanjangan.
Seringkali orang datang konseling ke Hamba Tuhan, sudah dalam keadaan yang sangat “kritis”. Mungkin sudah mulai mengepak barang, atau besok sudah dilakukan sidang perceraian, dan sebagainya. Hal ini sama seperti yang dialami oleh murid Yesus, yang mengalami badai, baru datang mencari Yesus.
2. Komunikasi yang terhambat.
Komunikasi diibaratkan seperti saluran air di rumah kita. Ini harus mengalir dengan lancar. Bila di situ ada yang buang sampah, maka yang terjadi adalah air mulai tergenang, mulai datang nyamuk, lalat, dan dapat menyebabkan banjir, dengan segala kotorannya masuk ke dalam rumah. Selesai banjir datang penyakit. Sama dengan apa yang terjadi dalam keluarga atau rumah tangga kalau ada satu yang buang sampah sembarangan, yaitu memperkatakan kata-kata negatif terhadap pasangannya, atau terhadap anak-anak. Dan diam-diam mulai menyimpan dendam satu sama lain, maka komunikasi mulai terhambat. Dan akibatnya keluarga menjadi tidak harmonis.
3. Adanya luka batin / trauma.
Banyak anak yang trauma ketika melihat dan mendengar orang tua yang bertengkar dengan hebat. Orang tua seringkali memarahi anak-anaknya dengan memperkatakan kata-kata yang negatif. Orang tua banyak melampiaskan kejengkelannya dengan hukuman-hukuman fisik yang melampaui batas.
4. Berkurangnya saling percaya dalam anggota keluarga.
Bisa orang tua yang hanya janji-jani dan tidak pernah ditepati, bisa berbicara mengenai pengkhianatan antara suami isteri, punya perselingkuhan di mana-mana, sehingga isteri tidak bisa percaya kepada suami. Setiap kali suami pergi, isteri selalu curiga dan mengeluarkan kata-kata ancaman kepada suami.
5. Kurang waktu bersama-sama.
Bagaimana bisa harmonis kalau tidak pernah bersama-sama. Persatuan tanpa waktu bersama itu omong kosong. Keharmonisan tanpa waktu bersama-sama itu tidak mungkin. Apalagi sekarang banyak saluran televisi, muncul video dan sebagainya, sehinga waktu banyak tersita untuk menonton dan mencari kesenangan sendiri-sendiri. Tanpa disadari keluarga terpecah-pecah karena masing-masing tenggelam ke dunianya masing-masing.
Banyak lagi penyebab-penyebab yag lain kenapa keluarga harmonis sulit sekali untuk dibentuk. Lalu bagaimana prinsipnya untuk membangun keluarga yang bahagia dan harmonis, apakah betul hal itu merupakan suatu hal yang mustahil untuk didapatkan. Kita lihat dalan Filipi 2:1-4, “1Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, 3dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Firman Tuhan mengatakan berbahagialah orang yang merenugkan Firman Tuhan dan melakukannya dengna setia dalam kehidupannya.
Ada 4 prinsip bagaimana kita bisa membangun satu keluarga yang bahagia, yaitu:
1. Dibangun di dalam Kristus.
Dikatakan di ayat 1, “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan..” Kelima hal itu akan kita dapati jika kita berada di dalam Kristus.
Apa artinya dibangun di dalam Kristus? Banyak sekali orang-orang di sekeliling kita sudah merasa cukup puas ketika mereka berhasil menggunakan “asesoris” Kristen, misalnya kalung, gelang salib, stiker di mobil yang menunjukkan bahwa dia orang Kristen dan masih banyak hal lain lagi, tetapi apakah itu maksudnya? Apakah cukup sampai di situ. Suatu kali ada seorang hamba Tuhan yang sedang memperkenalkan Yesus kepada sahabatnya yang belum percaya dalam perjalanan mereka dengan mengendarai mobil. Hamba Tuhan ini begitu bersemangat menceritakan tentang Yesus kepada sahabatnya, tetapi tiba-tiba ada sebuah mobil yang memotong jalan mobil mereka dengan kecepatan tinggi dan lalu berhenti, sehingga terlihat stiker di belakang mobil itu yang bertuliskan “Smile – Jesus love you”. Langsung saja sahabatnya ini berkata “tuh.., Yesusmu lagi ngebut”. Tiba-tiba jutaan kata-kata yang tadi diucapkan oleh hamba Tuhan ini, seolah-olah tidak ada artinya. Banyak kali anak-anak muda yang begitu giat melayani Tuhan, aktif di gereja, tetapi sering menyontek, seringkali “nitip” absen, ganti-ganti pacar, narkoba, dan sebagainya. Sehingga seringkali perilaku kita menjadi batu sandungan kita sendiri. Dan banyak di sekeliling kita yang melakukan hal seperti ini.
Dibangun dalam Kristus artinya adalah bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari, cara kita membimbing anak kita, cara kita memperlakukan pasangan kita, kehidupan kerohanian kita, kehidupan spiritual kita betul-betul dibangun di atas prinsip-prinsip Firman Tuhan. Ada mezbah keluarga, menjadikan Yesus kepala di dalam keluarga. Banyak orang berpikir, kita berdoa sendiri-sendiri itu sudah cukup. Doa satu orang saja tidak cukup, karena sama halnya ketika ada masalah dan hanya satu orang saja yang menanggung masalah itu, maka hal itu akan sulit diselesaikan. Sama halnya jika kita mau mengangkat kelas dengan satu jari, akan mengalami kesulitan. Minimal kita memerlukan dua jari untuk dapat mengangkat gelas tersebut. Dikatakan dalam kitab Matius 18 :19-29, “19Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 20Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Ada kuasa yang luar biasa ketika satu keluarga datang bersama-sama kepada Tuhan. Sekarang ini tidak ada alasan untuk kita tidak memperkenalkan Kristus kepada anak-anak kita sejak awal. Kalau dulu mungkin sulit, materinya sedikit. Tetapi sekarang, materinya sudah sangat banyak. Ada renungan untuk anak-anak, alkitab anak, film anak-anak dan banyak sekali pilihannya. Sejak awal tugas kita sebagai orang tua adalah memperkenalkan Yesus kepada anak-anak kita. Membangun keluarga di dalam Kristus butuh konsistensi. Dan seringkali usaha kita, kekuatan kita sebagai manusia terbatas. Oleh karena itu kita perlu terus menerus membangun mezbah keluarga. Dan salah satu pokok doa kita adalah minta Roh Kudus untuk menolong kita. Alkitab berisi banyak sekali solusi yang menjawab segala macam pergumulan kita. Yang perlu kita lakukan adalah buka Alkitab, baca dan renungkan siang dan malam, seperti yang dikatkaan dalam Yosua 1:8, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”
2. Saling menghargai satu sama lain.
Dikatakan di ayat yang ke3b, “….Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri..” adanya saling menghargai satu sama lain. Suami menghargai isteri, isteri menghargai suami. Orang tua menghargai anak, dan anak menghargai orang tua. Hal ini juga tidak mudah, karena kecenderungan kita, daging kita, kecenderungannya bukan melihat kelebihan pasangan, anak atau orang tua kita, tetapi kita sering membesar-besarkan kelemahan dan kesalahan. Dalam pelayanan kami di konseling keluarga, sering setengah jam bahkan 45 menit pertama, itu seringkali isteri datang dengan jutaan keluhan terhadap suaminya. Firman Tuhan berkata isteri adalah penolong suami. Setiap keluhan, protes kita tidak akan merubah keadaan menjadi lebih baik. Bahkan memperburuknya! Keluhan kita tidak akan membawa perubahan yang positif. Berhenti protes dan mulai belajar untuk menerima dan menghargai.
Ada sepasang suami isteri yang menceritakan pengalaman yang mengherankan. Tadinya mereka bertengkar terus, ada saja masalahnya. Isterinya sering merasa stress, setiap kali suaminya pulang, dia harus memastikan segala sesuatunya sempurna karena jika ada debu sedikit saja, suaminya langsung marah. Sampai suatu ketika, dia terkejut dengan perubahan suaminya. Sesudah selesai makan suaminya mengatakan, “terima kasih ya, makanannya enak.” Suatu ketika dia salah menghitung laporan keuangan. Dan biasanya kalau seperti itu, suaminya langsung marah, dan keluarlah kata-kata negatif, umpatan bahkan makian. Tetapi kali ini berbeda, suaminya berkata, “kamu gak teliti, ini lho kalkulator, lain kali lebih teliti ya.” Isterinya kaget lagi. Tetapi satu hal yang pasti, pelan-pelan isteri ini mulai percaya diri. Dia tidak lagi stress, hidupnya lebih ringan, karena suaminya mulai menghargai dia. Sampai suatu malam, isteri ini berkata kepada suaminya “Pa, terima kasih ya, karena engkau telah bekerja keras untuk kami semua.” Dan sejak saat itu, ketika mereka mulai saling menghargai, kehidupan mereka mulai berubah.
Keluhan dan protes kita tidak akan membawa kita ke mana-mana, justru akan memperburuk keadaan. Oleh karena itu kita harus saling menghargai sekalipun suami atau isteri kita mempunyai karakter yang tidak seperti kita kehendaki. Semua kelelahan dan stress kita akan hilang ketika kita dihargai. Berlaku bijaksana terhadap isterimu supaya doamu tidak terhalang. Isteri-isteri hargai suamimu. Banyak suami-suami yang jatuh dalam perselingkuhan ketika mereka tidak dihargai oleh isterinya sendiri. Ketika kebutuhan akan penghargaan tidak mereka temukan dari isterinya tetapi dari wanita lain, maka hanyutlah dia. Memang selingkuhnya salah, tetapi sedikit banyak isteri punya andil juga karena tidak menghargai suami.
3. Kerelaan untuk berkorban.
Dikatakan di ayat ke-4 “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Berbicara mengenai rela berkorban, tidak mencari kepentingan diri sendiri, contohnya adalah: dalam kehidupan saya, saya senang menonton sepak bola dari muda. Tetapi kemudian, waktu saya bertemu dengan isteri yang tidak suka sepak bola, saya harus belajar untuk mengorbankan hobi dan kedagingan saya. Tidak nonton pertandingan sepak bola pun, toh besok sudah ada di koran, kalau tidak sempat baca koran, bisa lihat di internet. Dan kalau tidak sempat lihat di internet, nanti ada siaran ulangan, dan tetap bisa mengkuti perkembangannya. Tetapi kalau saya terlewat dengan semuanya itu, saya tetap hidup. Saya tidak harus stress atau kebingungan kalau saya sedikit mengorbankan hobi dan kedagingan saya dan lebih memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan isteri dan anak-anak saya. Waktu kita belajar untuk tidak mencari kepentingan sendiri, maka pertengkaran yang hebat itutidak akan terjadi, walaupun perbedaan pendapat itu tetap ada, tetapi segala sesuatu dikomunikasikan dengan baik dan saling menghargai. Ada kerelaan untuk kebahagiaan pasangan dan anak-anak.
4. Semangat kesatuan.
Dikatakan di ayat ke 2, “hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan” seperti halnya suatu band, ada keyboard, gitar drum dan sebagainya yang masing-masing tidak saling menonjolkan bunyinya (lebih keras dari yang lain), tetapi diatur sedemikian rupa sehingaa akan terdengar satu harmonisasi yang indah. Juga dalam paduan suara, tidak ada yang ingin menonjol sehingga tetap terdengar baik semuanya. Demikian juga dalam keluarga, banyak hal yang indah dapat terjadi jika masing-masing anggota keluarga sehati sepikir, tidak saling menyalahkan atau merasa diri lebih dan harus diutamakan daripada yang lain.
Langkah-langkah praktis, bagaimana dapat mewujudkan keluarga yang bahagia antara lain:
1. Pengaturan waktu
Atur waktu kita sedemikian rupa, dan jangan kita diatur oleh waktu. Selalu ada waktu untuk keluarga, dan usahakan untuk tidak membawa pulang pekerjaan kita ke rumah. Sesampainya di rumah, fokuskan waktu kita hanya untuk keluarga. Karena melayani keluarga itu juga adalah pelayanan.
2. Kencani pasangan anda
Seringkali banyak orang kencannya hanya pada waktu pacaran saja. Jika sudah menikah tidak ada waktu lagi. Terkadang kita perlu meninggalkan anak-anak, mungkin 2-3 jam saja, untuk pergi berduaan. Kita harus merawat hubungan suami-isteri kita, mulai mengevaluasi hubungan pernikahan, membicarakan hal-hal tentang berdua.
3. Keluarga menjadi prioritas
Waktu kita melayani keluarga, kita melayani Tuhan. Jangan sampai kita disibukkan dengan pekerjaan atau pelayanan kita, sementara anak-anak kita tidak mendapatkan perhatian yang cukup, sehingga jatuh ke dalam pergaulan-pergaulan negatif yang tidak dapat kita kontrol sebelumnya.
4. Komunikasi yang hangat
Itulah sebabnya kita perlu mengatur segala sesuatunya dengan baik. Setiap perkataan yang keluar, adalah perkataan yang membangun dan menguatkan. Dan kitapun terus berdoa agar Tuhan yang memampukan kita, seperti dikatakan dalam Mazmur 141:3, “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! Sebab jikalau kata-kata itu sudah keluar, sulit untuk membatalkanya kembali. Itu sebabnya kita perlu hati-hati dengan setiap perkataan yang kita keluarkan.
5. Saling mengampuni
Mengampuni dengan segenap hati kita, bukan hanya sekedar berapa banyak kita mengampuni, tetapi apakah kita sugguh-sungguh mengampuni. Mengampuni dengan segenap hati artinya melupakan, tidak membalas, dan tdak mengungkit-ungkit kembali kesalahan yang pernah dilakukan. Mengampuni adalah sebuah keputusan, karena damai sejahtera itu muncul setelah kita mengambil keputusan untuk menerima segala sesuatu akibat yang negatif dari perilaku orang yang melukai hati atau perilaku pasangan kita.
Kesimpulannya adalah, Tuhan menghendaki setiap keluarga menjadi keluarga yang bahagia. Dan keluarga yang bahagia membutuhkan komitmen yang kuat apapun persoalan yang timbul, jangan menyerah. Membangun keluarga yang bahagia memang tidak mudah, tapi hal ini bisa dilakukan.
AMIN
Ringkasan Kotbah Pdt. Himawan